Rabu, 21 November 2012

kamu...

          Hari ini mendung, seperti keadaanku sekarang. Tak ada awan cantik, pelangi yang indah maupun sebuah matahari yang seolah ingin berkuasa... Kenapa langit hari ini seolah menggambarkan diriku? Ia seolah-olah ingin menyamaiku. Apa maksudnya? Aku terdiam sejenak, anganku mulai berlarian kesana-kemari. Dan aku teringat padamu.Ya, aku teringat bagaimana kita dulu. Teringat bagaimana bodohnya kita dalam menceritakan atau melakukan sesuatu. Kamu selalu tertawa akan cerita-ceritaku yang konyol bin aneh itu walaupun aku tahu cerita itu tak ada lucu-lucunya. Tapi itulah kamu, kamu selalu membuatku nyaman, membuatku merasa diperhatikan. Aku suka moment-moment seperti itu. Tanpa sadar akupun meneteskan air mata. Apa aku terlalu rindu sampai air mata ini tak dapat bertahan dan jatuh ke pipiku? Aku juga ingat, ingat saat kamu rela mengorbankan waktumu disaat aku sakit.Aku tau saat itu kamupun sedang sakit.Hanya saja kamu tak memperlihatkannya padaku. Kamu selalu ada disaat aku butuh, disaat aku merasa tak ada lagi yang berpihak padaku, disaat aku merasa dunia ini tak adil padaku.
            Tapi aku langsung tersadar, tersadar dari lamunan panjangku. Apa yang sedang aku pikirkan? Ah, lagi-lagi kenangan itu teringat. Aku tak mau mengingat itu semua sebenarnya, tapi pikiran dan hatiku masih disana!. Kucoba untuk mengubur semua kenangan manis itu dalam-dalam. Tapi entah mengapa kenangan itu terus kugali. Bagaimana aku bisa melupakan itu semua jika aku melupakannya?
              Aku sudah lama tak berjumpa dengannya. Jangankan bertemu, untuk saling berkomunikasi saja aku tidak bisa. Ya, semenjak ia memilih untuk meneruskan pendidikanya di Aussie kami sudah tak tahu kabar masing-masing. Hanya sebuah email dan nomor telepon lama yang biasa kami gunakan untuk berkomunikasi. Awalnya aku sangat keberatan dengan kepergiannya itu, tapi aku bisa apa? Orang tuanya lah yang menyuruhnya untuk melanjutkan pendidikan di negeri sebrang itu. Dengan berat hati kurelakan ia mengejar impian dan cita-citanya itu. Tapi kami berjanji untuk saling menjaga hati ini walaupun aku tahu bahwa ini hanya omong kosong belaka. Bagaimana tidak, dengan ketampanannya itu pasti banyak wanita-wanita bule menyukainya. Dan aku takut ia tidak menepati janjinya itu. Benar saja, beberapa minggu lalu aku mencoba menghubunginya melalui email. Tak ada jawaban!. Awalnya aku tak menaruh curiga padanya, tapi lambat laun akupun mulai merasakan hatiku jauh dengan hatinya. Apalagi ditambah omongan-omongan dari luar sana yang menyebutkan bahwa ia sudah punya penggantiku. Ah, pikiranku semakin jauh melanglang buana. Aku hanya bisa berharap bahwa ia ingat padaku dan mencoba menghubungiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar